Kemendikbud: PTM Terbatas Tetap Mengacu Keselamatan
KPC PEN, CNN Indonesia | Kamis, 10/06/2021 22:11 WIB

Jakarta, CNN Indonesia —

Kemendikbudristek menyatakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas yang akan segera dimulai di tahun ajaran 2021-2022 merupakan opsi tambahan selain pembelajaran jarak jauh (PJJ).

“Prinsip PTM terbatas tetap mengacu pada keselamatan dan kesehatan peserta didik dan tenaga kependidikan. Sekolah harus memberikan dua opsi yakni PTM terbatas dan opsi PJJ,” ungkap Katman, Koordinator PMP dan Kerja Sama Ditjen PAUD Dikdasmen Kemendikbudristek.

Kemendikbudristek juga berharap orang tua murid menghimpun informasi tentang kesiapan sekolah dan memperhatikan sarana lain yang menunjang keselamatan dan keamanan siswa di sekolah.

Selain itu, orang tua dan masyarakat juga diminta memfungsikan tim Satgas COVID-19 di sekolah. Hal lain yang perlu dipastikan, menurut Kemendikbudristek, adalah guru dan tenaga pendidik pun harus selesai divaksinasi 100% di sekolah tersebut sebelum PTM Terbatas dilaksanakan.

Kemendikbudristek menyatakan uji coba PTM terbatasdi Jakarta sudah dievaluasi .

“Sejauh ini uji coba PTM terbatas cukup positif karena dapat mendidik anak- anak agar beradaptasi dengan perilaku hidup baru. Sisi positif lainnya adalah model PTM terbatas ini akan meningkatkan sisi kreativitas guru,” ujar Katman.

Di sisi lain, Katman menjelaskan khusus untuk satuan Pendidikan PAUD dan SD, jumlah peserta PTM terbatas ini sangat dibatasi, sehingga pengawasan berjalan optiman.

“Untuk peserta didik PAUD misalnya, dalam pelaksanaannya juga diarahkan untuk melakukan aktivitas di luar ruangan sehingga lebih mudah untuk diberlakukan jaga jarak daripada di ruang kelas. Itu salah satu praktik positif PTM terbatas yang dilakukan di PAUD,” ujar Katman.

Tata Karwita, orang tua murid sekaligus anggota Komite Sekolah SMKN 1 Kemang Bogor menyatakan dukungan terhadap rencana PTM terbatas ini.

“Perwakilan orang tua murid khususnya di SMKN 1 Kemang Bogor, menganggap PJJ yang berjalan saat ini dirasakan kurang efektif. Pertama karena kondisi ekonomi orang tua murid rata-rata kurang mampu untuk mengakomodasi fasilitas PJJ seperti gawai dan kuota internet. Hal lain, orang tua juga tidak maksimal mendampingi pembelajaran anak-anaknya karena kurangnya kemampuan dari sisi keilmuan orang tua, juga karena alasan bekerja,” tuturnya.

Dr. Seto Mulyadi, M.Si, Ketua Umum LPAI, dalam kesempatan yang sama menyampaikan PJJ akan tidak efektif jika porsinya terlalu akademik dan murid-murid terlalu lama menatap layar.

“Apabila nantinya saat pembelajaran PTM terbatas ini memang terjalin komunikasi antara orang tua dan sekolah, maka orang tua akan menjadi ujung tombak pembelajaran. Jadi saya kira sudah tepat apabila ada opsi PTM terbatas dan PJJ yang ditawarkan oleh sekolah,” ujarnya.

Kak Seto juga menekankan untuk mempersiapkan infrastruktur keberangkatan dan kepulangan siswa dari sekolah, agar murid tidak saling berdesakan di kendaraan umum.

Untuk menghilangkan kekhawatiran orang tua, Kak Seto berpesan kepada para orang tua bahwa semua anak pada dasarnya cerdas dan senang belajar. Belajar yang membuat mereka optimal adalah belajar dalam suasana gembira, aman, dan nyaman.

“Jadi mari kita ciptakan suasana tersebut dimanapun mereka belajar,” ujarnya.